SEDIKIT BICARA, BANYAK TINDAKAN ? lebih baik


“Talk Less, Do More”

Sepertinya ini yang harus dilakukan masyarakat Indonesia pada jaman sekarang. Bukannya malah berantem dan melakukan tindakan bodoh seperti perang, pembunuhan maupun tindakan rasis lainnya.

Budaya seperti ini yang seharusnya mengakar kuat dalam kehidupan kita sekarang. Banyak para pejabat pemerintahan, politikus, para pengusaha, aktivis mahasiswa serta anggota masyarakat yang mencita-citakan lingkungan hidup yang bersih dari sampah, bebas dari polusi, serta jauh dari bencana dan banyak hal lainnya. Namun, semua itu masih sebatas retorika belaka tanpa tindakan yang nyata. Padahal, ada banyak  tindakan-tindakan sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengubahnya. Tindakan sederhana tetapi berdampak luar biasa bagi lingkungan, masyarakat dan termasuk sumber-sumber daya yang ada di Indonesia.

Bayangkan, pada saat negara-negara lain menciptakan sesuatu yang berharga dan berbeda serta meningkatkan segala sesuatunya demi bangsa dan negara, tetapi negara Indonesia dan masyarakatnya malah melakukan banyak tindakan bodoh yang seharusnya tidak dilakukan.

Misalnya, Korupsi.

Mengapa orang-orang yang diberikan kepercayaan kepada masyarakat malah menggunakan kepercayaan tersebut untuk kepentingan diri sendiri ??
JANJI yang telah mereka ucapkan sepertinya hanya ada pada saat pengucapan janji saja tanpa mereka lakukan.
Bagaimana Indonesia bisa maju jika menciptakan sumber daya yang seperti itu?
sebagai pembaharu bangsa, kita seharusnya berusaha untuk merubah itu semua sedikit demi sedikit dari sekarang.
 
Bagaimana caranya ?
 
Dengan cara yang sangat mudah sebenarnya. Kita harus berusaha menjadi mahasiswa dan siswa yang mempunyai kekuatan tinggi dalam hal yang positif dan berusaha untuk merubah hal yang buruk dan memanfaatkan hal-hal yang mampu menambah kreativitas kita dalam menciptakan segala sesuatu.
Selain itu banyak hal, tapi cari dan pikir sendiri agar otak kita saling mencerna.
 
 
Sudah saatnya kita merevolusi tingkah kita. 
Demi bumi tercinta.

EKSISTENSI DAN ESENSI


Hey jumpa lagi nih sama Arwen Whendie disini, . . . . .
Lagi pada nyimak kan?
Yukzz dilanjut, . . .
 
Jaman sekarang adalah jaman dimana semua manusia tidak bisa membedakan antara “eksistensi dan esensi”.
 
Manusia selalu memikirkan hanya eksistensi saja tanpa mengenal yang namanya esensi.
Pada semua makhluk kecuali Tuhan, kedua hal tersebut (esensi dan eksistensi) diperlukan agar individu benar-benar merasa ada. 
 
Masing-masing makhluk berbeda satu sama lain, perbedaan itu nyata dan bukan hanya sekedar logika. Manusia terbentuk atas esensi dan eksistensi. Esensi adalah arti hidup manusia, maka termasuk didalamnya tujuan dan proses hidupnya. Eksistensi adalah keberadaan manusia, termasuk dirinya sendiri dan lingkungan serta norma sekitar. Eksistensi juga dapat diartikan cara berada di dunia. Cara berada manusia berbeda dengan cara berada makhluk lain di dunia. Ada sebuah aliran dalam ilmu filsafat yang memandang semua gejala yang terjadi berasal dari sebuah eksistensi yang disebut eksistensialisme. Eksistensialisme berpandangan bahwa pada manusia eksistensi mendahului esensi. Manusia dapat menentukan dirinya sendiri dengan pandangan mereka sendiri, sedangkan benda-benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat yang tidak dapat dielakkan. Esensi adalah masalah, sedangkan eksistensi adalah kesepakatan.
 
Permasalahannya adalah, manusia tidak pernah berpikir positif mengenai kata “EKSISTENSI”
 
Kita hanya selalu memikirkan bahwa eksistensi adalah orang-orang yang hanya mengejar terkenal dan ingin disanjung. Selain itu selalu berpikir bahwa eksistensi adalah hal yang buruk.
 
Apakah kita pernah mendalami apa yang dimaksud dengan eksistensi ??
TIDAK. Kita SAMA. Kita sama-sama kurang mendalami hal tersebut, namun SOK TAHU dengan hal itu.
 
Sama dengan pepatah mengatakan : “TONG KOSONG NYARING BUNYINYA”
 
Kita banyak bicara namun tidak tahu artinya. SAMA KAN ??
 
Daripada berpikir seperti itu, mending kita sama-sama mempelajari cara berpikir orang yang membuat sebuah kata-kata untuk Rokok Class Mild “TALK LESS DO MORE”.
 
Sekarang gini aja, kita saling jujur aja, bener kan apa yang saya katakan ??
 
Ketika manusia dilahirkan, ia tidak membawa apa-apa yang bisa dibanggakan dan manusia juga terlahir tidak berdaya. Namun manusia dibekali dengan akal pikiran yang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan bahkan mereka gunakan untuk menguasai dunia. Terkadang manusia hanya memikirkan bagaimana cara memenuhi kebutuhannya, hanya memikirkan eksistensinya dan berusaha mempertahankan eksistensinya tersebut yang kemudian mengakibatkan mereka lupa dengan esensi diri mereka sendiri. Seharusnya mereka menyadari bahwa hidup yang dijalani tidak hanya berusaha mempertahankan eksistensi mereka, namun lebih dari itu manusia juga harus dapat mengetahui esensi diri mereka. Cara seseorang untuk mencari esensi diri mereka berbeda-beda, hal ini disebabkan latar belakang pengetahuan dan kehidupan yang berbeda. 
 
Mengapa pada akhirnya mereka hanya akan berusaha mempertahankan eksistensinya saja tanpa menemukan esensinya? Karena dalam proses mememukan esensi dirinya, mereka hanya menggunakan panca indra dan akal pikiran saja. Sebenarnya dalam menemukan esensi manusia jika kita berpikir dengan akal sehat, dapat diwakili dengan pertanyaan-pertanyaan yang menghantarkan kita untuk menemukan essensi manusia yang seutuhnya, yaitu :
 
1. Siapa aku ini ?
2. Darimana aku ini ?
3. Sedang dimana dan mau apa aku ini ?
4. Tujuan dan akhir hidup aku ini apa ?